Arab yang
disebut juga dengan Jazirah Arab berbentuk empat persegi panjang, yang
sisi-sisinya tiada sejajar. Di sebelah barat berbatasan dengan Laut Merah,
disebelah selatan dengan Lautan Hindia, disebelah timur dengan Teluk Arab
(dahulu bernama Teluk Persia) dan di sebelah utara dengan Gurun Irak dan Gurun
Syam (Gurun Siria). Panjangnya 1000 Km lebih, dan lebarnya kira-kira 1000 Km
(Syalabi, http://members.tripod.com/~centrin21/sejarah.htm).
Jazirah Arab secara geografis terdiri dari
padang pasir dan tanah subur. Kawasan padang pasirnya lebih luas dan merupakan
kawasan utamanya; kawasan tanah suburnya yaitu Sabit di Utara, Hijaz di Barat
dan Yaman di Barat Daya merupakan kawasan kecil dan pinggiran (Ditbinpertais,
1982:8).
Kawasan padang pasir mendominasi Jazirah
Arab. Kawasan keras ini kemudian menciptakan bangsa yang keras, kekerasan yang
lahir dari kondisi alam dan tuntutan mempertahankan hidup di kawasan yang
gersang tersebut. Di sela-sela padang pasir yang luas, terdapat oase-oase yang
dikelilingi oleh beberapa tumbuhan. Di sekitar oase-oase inilah suku-suku Arab
mencoba mempertahankan hidupnya. Oase-oase yang berjumlah terbatas ini di
samping cora hidup yang masih primitif di zaman jahiliyah menyebabkan kehidupan
suku-suku Arab jahiliyah berpindah dari satu oase ke yang lain. Inilah yang disebut
tradisi nomaden “hayat tanaqqul; yantaqilu min makan ila makan” (Haikal,
1963: 78).
Kondisi alam Arab juga telah memberikan
pengaruh terhadap bangsanya baik pada fisik maupun psikis. Namun, setelah
datangnya Nabi Muhammad Saw dapat membuat bangsa Arab menjadi lebih baik dengan
keberanian, kepahlawanan dan kedermawanan yang ia miliki sehingga bangsa Arab
lebih tertata dan dapat mengenal serta memeluk agama Islam.
Untuk itu penulis dalam makalah ini ingin
memaparkan sedikit tentang bagaimana kehidupan bangsa Arab pada masa jahiliyah
dan islam. Sehingga diharapkan makalah ini dapat memberikan pengetahuan kepada
pembaca tentang bangsa Arab, dan dapat mengambil hikmah serta pelajarannya.
PEMBAHASAN
A. Jazirah Arabia
Jazirah
dalam bahasa Arab berarti pulau, jadi “Jazirah Arab” berarti “Pulau Arab”.Oleh
bangsa Arab tanah air mereka disebut jazirah, kendati pun hanya dari tiga
jurusan saja dibatasi oleh laut, yang demikian itu adalah secara majas (tidak
sebenarnya). Sebagian ahli sejarah menamai tanah Arab itu “Shibhul jazirah”
yang dalam bahasa Indonesia berarti “Semenanjung”.
Jazirah
Arabia merupakan wilayah padang pasir yang terletak di bagian barat daya Asia.
Ia merupakan padang pasir teluas dan tergersang di dunia. Luas wilayahnya
120.000 mil persegi. Arabia merupakan wilayah strategis dalam peta dunia zaman
kuno, ketika benua Australia dan Amerika belum dikenal orang, karena letaknya
berada pada posisi pertemuan ketiga benua: Asia, Eropa dan Afrika. Wilayah
bagian utara, Arabia berbatasan dengan lembah gurun Syria, sebelah timur
berbatasan dengan dataran tinggi Persia, sedangkan bagian barat berbatasan
dengan laut Merah.Karena dikelilingi laut pada ketiga sisinya, maka wilayah ini
dikenal sebagai “Jazirah Arabia” (kepulauan Arabia).
Wilayah
Arabia terbagi menjadi beberapa provinsi, yaitu provinsi Hijaz, Najd, Yaman,
Hadramaut, dan Uman.Semua provinsi tersebut menempati posisi yang penting dalam
lintasan sejarah Islam. Mekah, Madinah dan Thaif merupakan tiga kota besar di
provinsi Hijaz. Bagian utara Arabia merupakan wilayah tandus. Sepertiga lebih
dari wilayah ini berupa padang pasir. Wilayah padang pasir yang terbesar adalah
ad-Dahna yang terletak di pertengahan wilayah utara. Adapun bagian selatan
Arabia merupakan wilayah subur yang padat penduduknya.Mata pencaharian mereka
adalah bertani dan berdagang.Hadramaut dan Yaman merupakan wilayah tersubur di
Arabia Selatan.
B. Keadaan dan
Kondisi Arab pada Masa Jahiliyah
1.
Kondisi Politik
Masyarakat Arab
terpecah menjadi sejumlah suku yang masing-masing memiliki seorang kepala suku
yang disebut “Syaikh”.Mereka terikat persaudaraan dengan sesama warga suku. Hubungan mereka yang berlainan suku bagaikan musuh.
Mereka tidak segan turun ke medan pertempuran untuk membela kehormatan sukunya,
sekalipun harus mengorbankan jiwa. Mereka tidak mengenal sistem pemerintahan
pusat, karenanya jika terjadi permusuhan antara suku-suku tersebut tidak ada
pihak yang menjadi penengahnya, sehingga permusuhan ini dapat mengakibatkan
peperangan yang dapat berlangsung beberapa tahun. Seperti perang Basus, yakni
peperangan antara Bani Bakar melawan Bani Taghlib yang berlangsung 40 tahun
lebih. Peperangan dan penyerbuan antar suku bagaikan kesibukan mereka setiap
hari. Adapun hukum yang berlaku saat itu
bagaikan hukum Rimba, “yang kuat menindas yang lemah”.
2. Kondisi Ekonomi
Kondisi
perekonomian mereka pada umumnya payah. Mata pencaharian sebagian mereka adalah
berternak. Kelompok bangsawan biasanya menguasai hubungan perdagangan domestik
bahkan hubungan perdagangan luar negeri. Di antara kalangan bangsawan ini
adalah keluarga Utsman dan Abu Bakar. Perekonomian mereka lebih baik, namun
mereka jumlahnya tidak banyak, sedangkan masyarakat untuk perekonomiannya
miskin dan menderita. Pinjam meminjam didasarkan sistem renten (riba),
sebagaimana hal ini berlaku di masyarakat Yahudi yang memperlakukan pihak yang
berhutang secara kejam.
3. Kondisi Kebudayaan
Masyarakat
Arab terkenal dengan kemahirannya dalam bidang sastra: bahasa dan syair. Bahasa
mereka sebanding dengan bahasa Eropa sekarang ini. Keistimewaan bangsa Arab di
bidang bahasa adalah kontribusi mereka yang cukup penting terhadap perkembangan
dan penyebaran Islam.
4. Agama
Sebelum Islam
datang, bangsa Arab telah menganut agama yang mengakui Allah sebagai Tuhan
mereka. Kepercayaan ini diwarisi turun-temurun sejak Nabi Ibrahim dan Ismail.
Al-Qur’an menyebutkan agama itu dengan Hanif, yaitu kepercayaan yang mengakui
ke-Esaan Allah sebagai pencipta alam, Tuhan yang menghidupkan dan mematikan,
Tuhan yang memberi rizki dan sebagainya. Kepercayaan ini tetap diyakini oleh
bangsa Arab sampai kerasulan Nabi Muhammad SAW. Hanya saja keyakinan itu
dicampurbaurkan dengan tahayul dan kemusyrikan, mensekutukan Tuhan dengan
sesuatu dalam menyembah kepada-Nya, seperti matahari, bulan, tumbuh-tumbuhan,
berhala dan sebagainya. Kepercayaan yang menyimpang dari agama Hanif itu
disebut agama Watsaniyah.
C.
Tradisi Arab pada Masa Jahiliyah
Hidup di
padang rumput bagi siapa saja sangat penting. Demikian juga bagi suku-suku
bangsa Arab yang mendiami Jazirah Arab yang penuh dengan padang pasir.
Satu-satunya cara bertahan hanyalah dengan selalu berkelompok; seorang yang
sendirian tak memiliki kesempatan sama sekali. Kaum Nomad yang kehidupannya
berpindah dari satu oase ke oase yang lain membentuk diri mereka menjadi
kelompok otonomi, berdasarkan pertalian darah dan keluarga. Mereka disatukan
oleh keturunan nenek moyang yang nyata maupun bersifat mitos dan menyebut diri
mereka sendiri, seperti Bani Kalb atau Bani Asad (keturunan Kalb dan Asad).
Kelompok-kelompok ini kemudian menggabungkan diri dalam perkumpulan yang lebih
besar (Armstrong, 1991: 58).
Di Barat kelompok kecil biasa disebut
“klan” dan kelompok besar “suku” (Badri Yatim, 2002: 11). Orang biasanya tidak
membuat perbedaan itu dan menggunakan kata qaum (rakyat, warga, kaum)
baik untuk kelompok besar maupun kecil.Untuk menghindari suku-suku menjadi
terlalu besar dan tak terurus, kelompok-kelompok itu selalu melakukan
rekonfigurasi (Armstrong, 1991: 60).
Saat itu juga banyak terdapat pasar-pasar dagang. Di
pasar-pasar dagang biasanya diiringi juga dengan pasar sastra (suq al-Adab)
dimana orang-orang Arab berlomba-lomba menunjukkan kehebatannya dalam membuat
sya’ir-sya’ir.
Tradisi
berdagang dan bersya’ir tidak dapat lepas dari tradisi paling monumental yang
disebut perayaan Mekah atau mawasim al-haj. Pada masa pra kenabian atau menjelang
tampilnya Nabi Muhammad menjadi Pemimpin Besar Arab, haji menduduki tempat
penting dalam kehidupan orang-orang Mekah dan semua suku Arab yang berhubungan
dengan mereka. Dalam upacara dan perayaan haji ini kepentingan dagangnya lebih
besar dari kepentingan keagamaan (Hurgronje, 1989: 11). Pesta Mekah didahului
beberapa pasar tahunan di lain-lain tempat di daerah Hejaz; ada tiga yang
disebut kandan yang diselenggarakan dalam bulan sebelum haji dan dalam bulan
haji itu sendiri.
Menghormati
bulan-bulan haram (al-Asyhur al-Hurum) merupakan tradisi dan ajaran yang paling
istimewa sejak zaman Nabi Ibrahim (www.shura.gov.sa/arabicsite). Tradisi ini berlanjut dan terpelihara sampai sekarang. Bangsa Arab
Jahiliyah sangat menghormati bulan haram, mereka mengharamkan perang pada
bulan-bulan ini. Penghormatan berlanjut sampai terjadi pelanggaran dan
pelencengan tradisi dengan adanya nasi’ yaitu mengundur-undur bulan
haram guna keperluan strategi penyerangan (al-Ghazwu).
Tradisi-tradisi
yang tersebut di atas tidak terlepas dari watak-watak dan karakter-karakter
Arab yang terbentuk sebelumnya. Karakter yang terbentuk oleh kondisi alam yang
keras, kondisi sosio kultural yang ada serta banyak faktor yang lain.
D.
Karakter Bangsa Arab Jahiliyah
Kondisi alam
jazirah Arab telah memberikan perngaruh terhadap karakter bangsanya, baik pada
bentuk fisik; orang-orang Arab bertubuh kekar, kuat dan mempunyai daya tahan
tubuh yang tangguh, karena orang-orang yang lemah telah diseleksi oleh alam itu
sendiri untuk dikeluarkan dari kehidupan di dunia , juga psikis, yaitu
melahirkan watak-watak khas, baik yang positif mauun yang negatif.
Karakter
bangsa Arab sebagaimana yang dijelaskan Nourouzzaman Shiddiqi (1983: 102-110)
adalah sebagai berikut.
1. Karakter Negatif
Orang-orang Arab terlahir dalam kondisi
alam yang kejam, maka dari itu tidaklah mengherankan jika lahir beberapa watak
dan tradisi yang oleh orang lain dianggap negative, seperti pada penjelasan
berikut.
a. Sulit Bersatu
Manusia membutuhkan
sumber-sumber yang dapat menunjang kelangsungan hidupnya. Jika sumber itu
sangat terbatas, maka manusia cenderung untuk memilikinya dalam kelompok yang
kecil,bahkan kalau mungkin ingin memiliki oleh dirinya sendiri saja. Hal inilah
yang menjadi salah satu sebab lahirnya watak Arab yang sulit bersatu.Juga saat
itu persatuan masyarakatnya hanya didasarkan pada tali hubungan darah
(‘asyabiyah), hal ini menyebabkan timbulnya sikap chauvenis yang sempit, yang
tidak mau tunduk pada kepemimpinan orang yang berada di luar sukunya, bahkan
menganggap orang tersebut sebagai musuh mereka.
b. Gemar Berperang
Dalam pandangan
orang Arab, perang adalah suatu hal yang halal, bakhkan menjadi suatu
kewajiban.Karena perang menjadi jalan satu-satunya yang terbuka untuk mereka
mempertahankan hidup.Siapa yang kuat maka dialah yang berhak untuk hidup dan
dipertuankan.
Dhaif juga menyebutkan, “Perang menjadi
ciri khas gaya hidup orang Arab Jahiliyah, seolah-olah menjadi tradisi dan
sunnah. Hidup mereka selalu dihiasi membunuh atau terbunuh, darah tidak pernah
berhenti mengalir, sehingga aturan yang berlaku bagi mereka adalah
undang-undang balas dendam “qanun al-Akhdhu bi al-Tha’ri”.
c. Kejam
Ada dua hal yang dikemukakan untuk
dijadikan bukti bahwa orang Arab itu berwatak kejam, yakni:
1) Sering
berperang, seperti yang telah disebutkan diatas.
2) Membunuh
bayi-bayi perempuan yang baru dilahirkan
Perbuatan
membunuh bayi-bayi perempuan itu dianggap menjadi satu perbuatan yang
terhormat.Karena mereka merasa aib jika mempunyai anak perempuan, apalagi jika
tidak mempunyai anak laki-laki. Apabila seseorang yang mempunyai bayi perempuan
dan tidak mau membunuh bayinya maka berarti ia memberi beban kepada masyarakat,
karena dianggap telah merusak kepentingan bersama.
d. Pembalas Dendam (al-Akhdhu bi al-Tha’ri)
Pembalasan dendam menjadi sebuah kewajiban
dan kehormatan bagi seluruh anggota suku untuk menuntut balas atas tertumpahnya
darah salah seorang saudaranya.Penuntutan balas (vendetta) bisa berlangsung
puluhan tahun.Karena balasan kembali menjadi objek yang harus dibalas dan
menjadi satu mata rantai yang berjalan terus tanpa terputus.
e. Angkuh dan Sombong
Sifat angkuh dan sombong ini muncul karena
sifat pembalasan dendam tadi.Mereka menjadi merasa paling baik terhormat, kuat
dan lain sebagainya. Sifat ini juga lah yang menjadi salah satu sebab
terjadinya permusuhan antara Arab Selatan dengan Arab Utara yang telah memberi
efek tidak menggembirakan terhadap jalannya Sejarah Islam di kawasan Timur
Tengah.
f. Pemabuk dan Penjudi
Minuman bagi orang Arab adalah barang
mewah.Mereka yang mampu bermabuk-mabukn dengan minuman keras berarti orang yang
berpunya.Bermabuk-mabukan juga merupakan tempat pelarian unuk melupakan
himpitan hidupnya yang terasa berat.
2. Karakter Positif
Adapun watak-watak dan tradisi positif
bangsa Arab seperti yang dikemukakan Tohir (1981:110-116) antara lain sebagai
berikut.
a. Kedermawaan
Dikalangan masyarakat Arab Jahiliyah,
kedermawanan merupakan bukti kemuliaan seseorang.Kedermawanan yang
diperlihatkan oleh hartawan-hartawan Arab Jahiliyah bukanlah didorong oleh
kebaikan hati, tetapi hanya didasari oleh sikap kesatria yang ingin dimuliakan
dan dikagumi.
b. Keberanian dan Kepahlawanan
Keberanian (syaja’ah)
dan kepahlawanan adalah satu syarat yang mutlak diperlukan untuk dapat
mempertahankan hidup di gurun yang kejam dan ganas serta mendapat nilai yang
paling tinggi dan menjadi unsure yang paling esensi dari muru’ah.
c. Kesabaran
Dalam masa Jahiliyah kesabaran hanya
berpuncak pada kemampuan memikul derita di medan perang.
d. Kesetiaan dan Kejujuran
Seorang Arab Badui bersedia berkorban
untuk kepentingan saudara sesukunya. Kesetiaannya juga tercermin pada kejujurannya terhadap teman dan jujur
dalam melunasi janji.
E.
Tradisi Arab di Masa Islam
Kedatangan Nabi
Muhammad SAW benar-benar menjad ujian terberat bagi bangsa Quraisy dan Arab
pada umumnya.Ajaran yang dibawa Muhammad SAW benar-benar bertolak belakang
dengan ajaran dan tradisi hidup mereka sehari-hari. Islam menjadikan kepatuhan
dan ketundukan kepada Allah sebagai dasar dan contoh ajaran yang tertinggi,
kesabaran, qana’ah dan rendah hati, menghindari kemewahan yang berlebihan dan
menghindari kesombongan,
Berikut ini beberapa ajaran Islam
yang diadopsi dari ajaran dan tradisi Arab sebelumnya dengan mengalami beberapa
perubahan.
1.
Tradisi Agama dan Ritual Haji
Islam
sesungguhnya kelanjutan dari tradisi Hanafi Samhah yang dibawa Nabi Ibrahim.
Kemudian tata
cara haji yang telah dijalankan oleh Arab Jahiliyah tetap dipertahankan, akan
tetapi jiwa, filsafat dan do’a-do’a dalam haji benar-benar Islami dan unsur
kemusyrikan dihilangkan.
2.
Muru’ah
Islam tetap
melestarikan tradisi muru’ah dengan memberikan batasan-batasan yang
menyelamatkan mereka dari perbuatan konyol.Misalnya Islam menganjurkan kedermawanan tapi juga
melarang berlebihan.
3.
Fanatisme Kabilah
Islam tetap
menganggap penting ide komunitas dan persaudaraan namun Islam juga menganggap
penting pandangan kesetaraan dan keadilan.
4.
Balas Dendam, Qishas dan Diyat
Membalas
perbuatan baik atau jahat tidak diserahkan kepada individu atau suku yang
bersangkutan, tapi diserahkan kepada Negara untuk membalaskannya.
5.
Tradisi Berdagang, Bersyair dan Menghafal
Tradisi dagang tetap dilestarikan dengan
memberi aturan kejujuran dan cara berdagang yang baik. Sedangkan adanya pasar
sastra yang mendampingi pasar dagang tidak terlepas dari tradisi bersya’ir yang
paling lama dan utama bagi masyarakat Arab.Oleh karena itu, pada masa Nabi
tradisi ini mengalami perubahan pada tema dan isi yang cukup radikal.
6.
Menghormati Bulan-bulan Haram
Penghormatan
terhadap bulan-bulan haram dipertahankan pada masa Nabi berdasarkan perintah
Allah dalam QS. At-Taubah : 36.
KESIMPULAN
Tidak dapat dipungkiri bahwa kondisi geografis
Arabia memberikan pengaruh besar terhadap kejiwaan masyarakatnya.Kekerasan dan
peperangan sering muncul pada masa Jahiliyah demi untuk mempertahankan hidup
mereka.Kejam, sadis dan suka berfoya-foya merupakan karakter yang melekat pada
bangsa Arab saat itu.Namun, mereka juga memiliki sifat yang terpuji seperti
kesetiaan dan kejujuran terhadap suku mereka serta selalu menepati janji.
Dalam tradisinya, bangsa Arab melaksanakan
perdagangan dan bersya’ir.Juga menghormati bulan-bulan haram yang diajarkan oleh Nabi Ibrahim yang tradisi
ini berlanjut hingga sekarang.
Setelah Islam datang, ajaran-ajaran dan
tradisi-tradisi di Arab tetap dilestarikan meskipun ada sedikit perubahan.
Seperti tradisi berdagang yang tetap dilestarikan tetapi dengan memberi aturan
kejujuran dan cara berdagang yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Wildana Wargadinata dan Laily Fitriani.Sastra
Arab dan Lintas Budaya. Malang: UIN-Malang Press, 2008.
http://members.tripod.com/~centrin21/sejarah.htm
0 komentar:
Posting Komentar