Minggu, 17 Mei 2015

     Arab yang disebut juga dengan Jazirah Arab berbentuk empat persegi panjang, yang sisi-sisinya tiada sejajar. Di sebelah barat berbatasan dengan Laut Merah, disebelah selatan dengan Lautan Hindia, disebelah timur dengan Teluk Arab (dahulu bernama Teluk Persia) dan di sebelah utara dengan Gurun Irak dan Gurun Syam (Gurun Siria). Panjangnya 1000 Km lebih, dan lebarnya kira-kira 1000 Km (Syalabi, http://members.tripod.com/~centrin21/sejarah.htm).
     Jazirah Arab secara geografis terdiri dari padang pasir dan tanah subur. Kawasan padang pasirnya lebih luas dan merupakan kawasan utamanya; kawasan tanah suburnya yaitu Sabit di Utara, Hijaz di Barat dan Yaman di Barat Daya merupakan kawasan kecil dan pinggiran (Ditbinpertais, 1982:8).
     Kawasan padang pasir mendominasi Jazirah Arab. Kawasan keras ini kemudian menciptakan bangsa yang keras, kekerasan yang lahir dari kondisi alam dan tuntutan mempertahankan hidup di kawasan yang gersang tersebut. Di sela-sela padang pasir yang luas, terdapat oase-oase yang dikelilingi oleh beberapa tumbuhan. Di sekitar oase-oase inilah suku-suku Arab mencoba mempertahankan hidupnya. Oase-oase yang berjumlah terbatas ini di samping cora hidup yang masih primitif di zaman jahiliyah menyebabkan kehidupan suku-suku Arab jahiliyah berpindah dari satu oase ke yang lain. Inilah yang disebut tradisi nomaden “hayat tanaqqul; yantaqilu min makan ila makan” (Haikal, 1963: 78).
     Kondisi alam Arab juga telah memberikan pengaruh terhadap bangsanya baik pada fisik maupun psikis. Namun, setelah datangnya Nabi Muhammad Saw dapat membuat bangsa Arab menjadi lebih baik dengan keberanian, kepahlawanan dan kedermawanan yang ia miliki sehingga bangsa Arab lebih tertata dan dapat mengenal serta memeluk agama Islam.
     Untuk itu penulis dalam makalah ini ingin memaparkan sedikit tentang bagaimana kehidupan bangsa Arab pada masa jahiliyah dan islam. Sehingga diharapkan makalah ini dapat memberikan pengetahuan kepada pembaca tentang bangsa Arab, dan dapat mengambil hikmah serta pelajarannya.





PEMBAHASAN

A.    Jazirah Arabia
      Jazirah dalam bahasa Arab berarti pulau, jadi “Jazirah Arab” berarti “Pulau Arab”.Oleh bangsa Arab tanah air mereka disebut jazirah, kendati pun hanya dari tiga jurusan saja dibatasi oleh laut, yang demikian itu adalah secara majas (tidak sebenarnya). Sebagian ahli sejarah menamai tanah Arab itu “Shibhul jazirah” yang dalam bahasa Indonesia berarti “Semenanjung”.
      Jazirah Arabia merupakan wilayah padang pasir yang terletak di bagian barat daya Asia. Ia merupakan padang pasir teluas dan tergersang di dunia. Luas wilayahnya 120.000 mil persegi. Arabia merupakan wilayah strategis dalam peta dunia zaman kuno, ketika benua Australia dan Amerika belum dikenal orang, karena letaknya berada pada posisi pertemuan ketiga benua: Asia, Eropa dan Afrika. Wilayah bagian utara, Arabia berbatasan dengan lembah gurun Syria, sebelah timur berbatasan dengan dataran tinggi Persia, sedangkan bagian barat berbatasan dengan laut Merah.Karena dikelilingi laut pada ketiga sisinya, maka wilayah ini dikenal sebagai “Jazirah Arabia” (kepulauan Arabia).
      Wilayah Arabia terbagi menjadi beberapa provinsi, yaitu provinsi Hijaz, Najd, Yaman, Hadramaut, dan Uman.Semua provinsi tersebut menempati posisi yang penting dalam lintasan sejarah Islam. Mekah, Madinah dan Thaif merupakan tiga kota besar di provinsi Hijaz. Bagian utara Arabia merupakan wilayah tandus. Sepertiga lebih dari wilayah ini berupa padang pasir. Wilayah padang pasir yang terbesar adalah ad-Dahna yang terletak di pertengahan wilayah utara. Adapun bagian selatan Arabia merupakan wilayah subur yang padat penduduknya.Mata pencaharian mereka adalah bertani dan berdagang.Hadramaut dan Yaman merupakan wilayah tersubur di Arabia Selatan.

B.     Keadaan dan Kondisi Arab pada Masa Jahiliyah
1.      Kondisi Politik
Masyarakat Arab terpecah menjadi sejumlah suku yang masing-masing memiliki seorang kepala suku yang disebut “Syaikh”.Mereka terikat persaudaraan dengan sesama warga suku. Hubungan mereka yang berlainan suku bagaikan musuh. Mereka tidak segan turun ke medan pertempuran untuk membela kehormatan sukunya, sekalipun harus mengorbankan jiwa. Mereka tidak mengenal sistem pemerintahan pusat, karenanya jika terjadi permusuhan antara suku-suku tersebut tidak ada pihak yang menjadi penengahnya, sehingga permusuhan ini dapat mengakibatkan peperangan yang dapat berlangsung beberapa tahun. Seperti perang Basus, yakni peperangan antara Bani Bakar melawan Bani Taghlib yang berlangsung 40 tahun lebih. Peperangan dan penyerbuan antar suku bagaikan kesibukan mereka setiap hari.  Adapun hukum yang berlaku saat itu bagaikan hukum Rimba, “yang kuat menindas yang lemah”.
2.      Kondisi Ekonomi
     Kondisi perekonomian mereka pada umumnya payah. Mata pencaharian sebagian mereka adalah berternak. Kelompok bangsawan biasanya menguasai hubungan perdagangan domestik bahkan hubungan perdagangan luar negeri. Di antara kalangan bangsawan ini adalah keluarga Utsman dan Abu Bakar. Perekonomian mereka lebih baik, namun mereka jumlahnya tidak banyak, sedangkan masyarakat untuk perekonomiannya miskin dan menderita. Pinjam meminjam didasarkan sistem renten (riba), sebagaimana hal ini berlaku di masyarakat Yahudi yang memperlakukan pihak yang berhutang secara kejam.
3.      Kondisi Kebudayaan
     Masyarakat Arab terkenal dengan kemahirannya dalam bidang sastra: bahasa dan syair. Bahasa mereka sebanding dengan bahasa Eropa sekarang ini. Keistimewaan bangsa Arab di bidang bahasa adalah kontribusi mereka yang cukup penting terhadap perkembangan dan penyebaran Islam.
4.      Agama
     Sebelum Islam datang, bangsa Arab telah menganut agama yang mengakui Allah sebagai Tuhan mereka. Kepercayaan ini diwarisi turun-temurun sejak Nabi Ibrahim dan Ismail. Al-Qur’an menyebutkan agama itu dengan Hanif, yaitu kepercayaan yang mengakui ke-Esaan Allah sebagai pencipta alam, Tuhan yang menghidupkan dan mematikan, Tuhan yang memberi rizki dan sebagainya. Kepercayaan ini tetap diyakini oleh bangsa Arab sampai kerasulan Nabi Muhammad SAW. Hanya saja keyakinan itu dicampurbaurkan dengan tahayul dan kemusyrikan, mensekutukan Tuhan dengan sesuatu dalam menyembah kepada-Nya, seperti matahari, bulan, tumbuh-tumbuhan, berhala dan sebagainya. Kepercayaan yang menyimpang dari agama Hanif itu disebut agama Watsaniyah.
C.    Tradisi Arab pada Masa Jahiliyah
      Hidup di padang rumput bagi siapa saja sangat penting. Demikian juga bagi suku-suku bangsa Arab yang mendiami Jazirah Arab yang penuh dengan padang pasir. Satu-satunya cara bertahan hanyalah dengan selalu berkelompok; seorang yang sendirian tak memiliki kesempatan sama sekali. Kaum Nomad yang kehidupannya berpindah dari satu oase ke oase yang lain membentuk diri mereka menjadi kelompok otonomi, berdasarkan pertalian darah dan keluarga. Mereka disatukan oleh keturunan nenek moyang yang nyata maupun bersifat mitos dan menyebut diri mereka sendiri, seperti Bani Kalb atau Bani Asad (keturunan Kalb dan Asad). Kelompok-kelompok ini kemudian menggabungkan diri dalam perkumpulan yang lebih besar (Armstrong, 1991: 58).
      Di Barat kelompok kecil biasa disebut “klan” dan kelompok besar “suku” (Badri Yatim, 2002: 11). Orang biasanya tidak membuat perbedaan itu dan menggunakan kata qaum (rakyat, warga, kaum) baik untuk kelompok besar maupun kecil.Untuk menghindari suku-suku menjadi terlalu besar dan tak terurus, kelompok-kelompok itu selalu melakukan rekonfigurasi (Armstrong, 1991: 60).
      Saat itu  juga banyak terdapat pasar-pasar dagang. Di pasar-pasar dagang biasanya diiringi juga dengan pasar sastra (suq al-Adab) dimana orang-orang Arab berlomba-lomba menunjukkan kehebatannya dalam membuat sya’ir-sya’ir.
      Tradisi berdagang dan bersya’ir tidak dapat lepas dari tradisi paling monumental yang disebut perayaan Mekah atau mawasim al-haj.  Pada masa pra kenabian atau menjelang tampilnya Nabi Muhammad menjadi Pemimpin Besar Arab, haji menduduki tempat penting dalam kehidupan orang-orang Mekah dan semua suku Arab yang berhubungan dengan mereka. Dalam upacara dan perayaan haji ini kepentingan dagangnya lebih besar dari kepentingan keagamaan (Hurgronje, 1989: 11). Pesta Mekah didahului beberapa pasar tahunan di lain-lain tempat di daerah Hejaz; ada tiga yang disebut kandan yang diselenggarakan dalam bulan sebelum haji dan dalam bulan haji itu sendiri.
      Menghormati bulan-bulan haram (al-Asyhur al-Hurum) merupakan tradisi dan ajaran yang paling istimewa sejak zaman Nabi Ibrahim (www.shura.gov.sa/arabicsite). Tradisi ini berlanjut dan terpelihara sampai sekarang. Bangsa Arab Jahiliyah sangat menghormati bulan haram, mereka mengharamkan perang pada bulan-bulan ini. Penghormatan berlanjut sampai terjadi pelanggaran dan pelencengan tradisi dengan adanya nasi’ yaitu mengundur-undur bulan haram guna keperluan strategi penyerangan (al-Ghazwu).
      Tradisi-tradisi yang tersebut di atas tidak terlepas dari watak-watak dan karakter-karakter Arab yang terbentuk sebelumnya. Karakter yang terbentuk oleh kondisi alam yang keras, kondisi sosio kultural yang ada serta banyak faktor yang lain.
D.    Karakter Bangsa Arab Jahiliyah
      Kondisi alam jazirah Arab telah memberikan perngaruh terhadap karakter bangsanya, baik pada bentuk fisik; orang-orang Arab bertubuh kekar, kuat dan mempunyai daya tahan tubuh yang tangguh, karena orang-orang yang lemah telah diseleksi oleh alam itu sendiri untuk dikeluarkan dari kehidupan di dunia , juga psikis, yaitu melahirkan watak-watak khas, baik yang positif mauun yang negatif.
      Karakter bangsa Arab sebagaimana yang dijelaskan Nourouzzaman Shiddiqi (1983: 102-110) adalah sebagai berikut.
1.      Karakter Negatif
     Orang-orang Arab terlahir dalam kondisi alam yang kejam, maka dari itu tidaklah mengherankan jika lahir beberapa watak dan tradisi yang oleh orang lain dianggap negative, seperti pada penjelasan berikut.
a.       Sulit Bersatu
Manusia membutuhkan sumber-sumber yang dapat menunjang kelangsungan hidupnya. Jika sumber itu sangat terbatas, maka manusia cenderung untuk memilikinya dalam kelompok yang kecil,bahkan kalau mungkin ingin memiliki oleh dirinya sendiri saja. Hal inilah yang menjadi salah satu sebab lahirnya watak Arab yang sulit bersatu.Juga saat itu persatuan masyarakatnya hanya didasarkan pada tali hubungan darah (‘asyabiyah), hal ini menyebabkan timbulnya sikap chauvenis yang sempit, yang tidak mau tunduk pada kepemimpinan orang yang berada di luar sukunya, bahkan menganggap orang tersebut sebagai musuh mereka.
b.      Gemar Berperang
Dalam pandangan orang Arab, perang adalah suatu hal yang halal, bakhkan menjadi suatu kewajiban.Karena perang menjadi jalan satu-satunya yang terbuka untuk mereka mempertahankan hidup.Siapa yang kuat maka dialah yang berhak untuk hidup dan dipertuankan.
      Dhaif juga menyebutkan, “Perang menjadi ciri khas gaya hidup orang Arab Jahiliyah, seolah-olah menjadi tradisi dan sunnah. Hidup mereka selalu dihiasi membunuh atau terbunuh, darah tidak pernah berhenti mengalir, sehingga aturan yang berlaku bagi mereka adalah undang-undang balas dendam “qanun al-Akhdhu bi al-Tha’ri”.
c.       Kejam
      Ada dua hal yang dikemukakan untuk dijadikan bukti bahwa orang Arab itu berwatak kejam, yakni:
1)      Sering berperang, seperti yang telah disebutkan diatas.
2)      Membunuh bayi-bayi perempuan yang baru dilahirkan
Perbuatan membunuh bayi-bayi perempuan itu dianggap menjadi satu perbuatan yang terhormat.Karena mereka merasa aib jika mempunyai anak perempuan, apalagi jika tidak mempunyai anak laki-laki. Apabila seseorang yang mempunyai bayi perempuan dan tidak mau membunuh bayinya maka berarti ia memberi beban kepada masyarakat, karena dianggap telah merusak kepentingan bersama.
d.      Pembalas Dendam (al-Akhdhu bi al-Tha’ri)
      Pembalasan dendam menjadi sebuah kewajiban dan kehormatan bagi seluruh anggota suku untuk menuntut balas atas tertumpahnya darah salah seorang saudaranya.Penuntutan balas (vendetta) bisa berlangsung puluhan tahun.Karena balasan kembali menjadi objek yang harus dibalas dan menjadi satu mata rantai yang berjalan terus tanpa terputus.
e.       Angkuh dan Sombong
      Sifat angkuh dan sombong ini muncul karena sifat pembalasan dendam tadi.Mereka menjadi merasa paling baik terhormat, kuat dan lain sebagainya. Sifat ini juga lah yang menjadi salah satu sebab terjadinya permusuhan antara Arab Selatan dengan Arab Utara yang telah memberi efek tidak menggembirakan terhadap jalannya Sejarah Islam di kawasan Timur Tengah.


f.       Pemabuk dan Penjudi
      Minuman bagi orang Arab adalah barang mewah.Mereka yang mampu bermabuk-mabukn dengan minuman keras berarti orang yang berpunya.Bermabuk-mabukan juga merupakan tempat pelarian unuk melupakan himpitan hidupnya yang terasa berat.
2.      Karakter Positif
     Adapun watak-watak dan tradisi positif bangsa Arab seperti yang dikemukakan Tohir (1981:110-116) antara lain sebagai berikut.
a.       Kedermawaan
      Dikalangan masyarakat Arab Jahiliyah, kedermawanan merupakan bukti kemuliaan seseorang.Kedermawanan yang diperlihatkan oleh hartawan-hartawan Arab Jahiliyah bukanlah didorong oleh kebaikan hati, tetapi hanya didasari oleh sikap kesatria yang ingin dimuliakan dan dikagumi.
b.      Keberanian dan Kepahlawanan
      Keberanian (syaja’ah) dan kepahlawanan adalah satu syarat yang mutlak diperlukan untuk dapat mempertahankan hidup di gurun yang kejam dan ganas serta mendapat nilai yang paling tinggi dan menjadi unsure yang paling esensi dari muru’ah.
c.       Kesabaran
      Dalam masa Jahiliyah kesabaran hanya berpuncak pada kemampuan memikul derita di medan perang.
d.      Kesetiaan dan Kejujuran
      Seorang Arab Badui bersedia berkorban untuk kepentingan saudara sesukunya. Kesetiaannya juga tercermin  pada kejujurannya terhadap teman dan jujur dalam melunasi janji.
E.     Tradisi Arab di Masa Islam
            Kedatangan Nabi Muhammad SAW benar-benar menjad ujian terberat bagi bangsa Quraisy dan Arab pada umumnya.Ajaran yang dibawa Muhammad SAW benar-benar bertolak belakang dengan ajaran dan tradisi hidup mereka sehari-hari. Islam menjadikan kepatuhan dan ketundukan kepada Allah sebagai dasar dan contoh ajaran yang tertinggi, kesabaran, qana’ah dan rendah hati, menghindari kemewahan yang berlebihan dan menghindari kesombongan,
            Berikut ini beberapa ajaran Islam yang diadopsi dari ajaran dan tradisi Arab sebelumnya dengan mengalami beberapa perubahan.
1.      Tradisi Agama dan Ritual Haji
Islam sesungguhnya kelanjutan dari tradisi Hanafi Samhah yang dibawa Nabi Ibrahim.
Kemudian tata cara haji yang telah dijalankan oleh Arab Jahiliyah tetap dipertahankan, akan tetapi jiwa, filsafat dan do’a-do’a dalam haji benar-benar Islami dan unsur kemusyrikan dihilangkan.
2.      Muru’ah
Islam tetap melestarikan tradisi muru’ah dengan memberikan batasan-batasan yang menyelamatkan mereka dari perbuatan konyol.Misalnya  Islam menganjurkan kedermawanan tapi juga melarang berlebihan.
3.      Fanatisme Kabilah
Islam tetap menganggap penting ide komunitas dan persaudaraan namun Islam juga menganggap penting pandangan kesetaraan dan keadilan.
4.      Balas Dendam, Qishas dan Diyat
Membalas perbuatan baik atau jahat tidak diserahkan kepada individu atau suku yang bersangkutan, tapi diserahkan kepada Negara untuk membalaskannya.
5.      Tradisi Berdagang, Bersyair dan Menghafal
     Tradisi dagang tetap dilestarikan dengan memberi aturan kejujuran dan cara berdagang yang baik. Sedangkan adanya pasar sastra yang mendampingi pasar dagang tidak terlepas dari tradisi bersya’ir yang paling lama dan utama bagi masyarakat Arab.Oleh karena itu, pada masa Nabi tradisi ini mengalami perubahan pada tema dan isi yang cukup radikal.
6.      Menghormati Bulan-bulan Haram
Penghormatan terhadap bulan-bulan haram dipertahankan pada masa Nabi berdasarkan perintah Allah dalam QS. At-Taubah : 36.

KESIMPULAN

Tidak dapat dipungkiri bahwa kondisi geografis Arabia memberikan pengaruh besar terhadap kejiwaan masyarakatnya.Kekerasan dan peperangan sering muncul pada masa Jahiliyah demi untuk mempertahankan hidup mereka.Kejam, sadis dan suka berfoya-foya merupakan karakter yang melekat pada bangsa Arab saat itu.Namun, mereka juga memiliki sifat yang terpuji seperti kesetiaan dan kejujuran terhadap suku mereka serta selalu menepati janji.
Dalam tradisinya, bangsa Arab melaksanakan perdagangan dan bersya’ir.Juga menghormati bulan-bulan haram yang diajarkan oleh Nabi Ibrahim yang tradisi ini berlanjut hingga sekarang.
Setelah Islam datang, ajaran-ajaran dan tradisi-tradisi di Arab tetap dilestarikan meskipun ada sedikit perubahan. Seperti tradisi berdagang yang tetap dilestarikan tetapi dengan memberi aturan kejujuran dan cara berdagang yang baik.




DAFTAR PUSTAKA

Wildana Wargadinata dan Laily Fitriani.Sastra Arab dan Lintas Budaya. Malang: UIN-Malang Press, 2008.
http://members.tripod.com/~centrin21/sejarah.htm

0 komentar:

Posting Komentar

Unordered List

Sample Text

Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts

Recent Posts

Text Widget